DAFTAR LINK PENTING

Rabu, 03 Juni 2020

PAT DARING MAN 2 GROBOGAN: BERBASIS LITERASI DIGITAL DAN LITERASI SAINS

Sebagian masyarakat kita mungkin belum memahami betul apa itu coronavirus, COVID-19, physical distancing, pandemi dan sebagainya, mereka baru sebatas mengetahui bahwa saat ini adalah masa pagebluk, penyakit menular berbahaya, sehingga harus waspada, menjaga jarak, hidup bersih, selalu mengenakan masker, membiasakan cuci tangan dengan sabun dan sebagainya sesuai instruksi pemerintah. Pandangan seperti itu tidak saja berasal dari masyarakat umum, namun pembelajar khususnya tingkat SMP/MTs atau SMA/MA diyakini juga sama, mengingat tingkat literasi siswa di Indonesia berdasakan laporan PISA 2018 masih sangat rendah. Pada aspek literasi digital, sebagian masyarakat atau pembelajar masih mempercayakan sumber-sumber informasi dari media sosial yang lalu lintasnya sangat padat, dan tentunya belum dapat dipercaya. Laporan perusahaan media asal Inggris yang bekerja sama dengan Hootsuite, rata-rata orang Indonesia telah menghabiskan tiga jam 23 menit sehari untuk mengakses media sosial. Total populasi Indonesia yang sebanyak 265,4 juta jiwa, jumlah pengguna aktif di media sosial telah mencapai 130 juta dengan penetrasi 49 persen. Pembiasaan untuk menimbang, membandingkan, dan berpikir kritis dalam pencarian informasi yang benar adalah keharusan agar berita bohong atau hoaks dapat ditekan.

Berdasarkan informasi dari website resmi WHO, Coronavirus atau virus corona adalah suatu kelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Beberapa jenis coronavirus diketahui menyebabkan infeksi saluran nafas pada manusia mulai dari batuk pilek hingga yang lebih serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan menyebabkan penyakit COVID-19. Jadi, COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru yang sebelumnya belum dikenal saat terjadinya wabah di Wuhan, Tiongkok, bulan desember 2019.  Mobilitas penduduk dunia antar negara akhirnya memperlancar penularan virus corona jenis baru ini dengan cepat, mewabah secara global yang pada akhirnya dijadikan WHO sebagai pandemi.

Pandemi COVID-19 akhirnya berdampak luar biasa bagi penduduk dunia di banyak aspek, Ekonomi, pembangunan, sosial, dan termasuk juga dunia pendidikan. Pada laporan ini tim redaksi lebih menfokuskan masalah pendidikan, bagaimanapun juga rupa dunia ini akan dibentuk oleh tingkat pendidikannya. Ada pameo mengatakan, orang akan terbentuk dari apa-apa yang ia baca, dan terlihat dari apa-apa yang ia tulis.  Kesadaran individu sebagai pembelajar, yang kemudian menjadi kesadaran kolektif suatu bangsa akan menentukan gambaran bangsa tersebut pada masa yang akan datang.

Hampir seluruh negara menutup sekolah akibat pandemi ini, dan mengalihkan pembelajaran yang biasanya dilakukan di kelas (class room) menjadi pembelajaran daring atau online. Tentu tidak menjadi masalah bagi negara-negara yang memang pendidikannya sudah maju, mereka sudah terbiasa untuk menerapkan pembelajaran blended learning, dimana pembelajaran di kelas dipadukan dengan e-learning diluar sekolah yang disertai dengan sumber belajar yang sangat memadai.  Ketersediaan jaringan internet dan dukungan ekonomi untuk dapat mengakses pembelajaran daring juga tidak menjadi kendala. Contohnya adalah finlandia, berdasarkan laporan Faculty of Social Sciences at the University of Helsinki Tahun 2010, negara dengan peringkat pendidikan terbaik ini telah mengkaji dan menerapkan blended learning dan hasilnya menggembirakan khususnya untuk meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.

Sebagai salah satu MA Negeri termuda di Indonesia, MA Negeri 2 Grobogan terus berbenah dan menatap visi kedepan untuk menuju lembaga pendidikan yang sustainable dengan paradigma pendidikan abad 21.  diantara aspek pendidikan abad 21 yang diharapkan adalah, kemampuan literasi digital dan literasi sains. Penerapan pembelajaran daring (berbasis komputer dan informatika) dari waktu ke waktu terus dipersiapkan MA Negeri 2 Grobogan. Sebelum pandemi COVID-19, MA Negeri 2 Grobogan telah mencoba dan menerapkan pembelajaran blended learning. Kewajiban siswa mengikuti pembelajaran face to face di kelas ditindak lanjuti dengan penyampaian pembelajaran secara daring/online, guru yang aktif dalam pembelajaran online masih relatif sedikit berkisar kurang dari 30%.  Namun, terjadinya pandemi COVID-19 dimana pemerintah telah menetapkan PSBB dan meninstruksikan agar proses pembelajaran di lakukan di rumah (study from home), intensitas guru dalam mengisi pembelajaran secara daring meningkat dan saat ini di MA Negeri 2 Groboganm semua guru 100% telah menerapkan pembelajaran secara daring melalu moda E-learning Madrasah yang telah disiapkan oleh Kementerian Agama.  Selain itu, perpustakaan digital MA Negeri 2 Grobogan juga telah selesai dibangun dan dapat di manfaatkan seluruh civitas selama pandemi.

Pembelajaran daring yang telah dipersiapkan, juga dengan konten yang tidak seperti biasanya.  COVID-19 akhirnya menjadi sebuah tema pembelajaran yang di integrasikan dengan subject matter dari beberapa pelajaran, seperti Kimia, Fisika, Biologi, Fikih, a-Qur'an hadits, Ekonomi, dan sebagainya. Konten pembelajaran yang integratif kontekstual ini akhirnya di masukkan dalam kisi-kisi Penilaian Akhir Tahun (PAT) yang bernuansa literasi dan dilaksanakan dengan moda daring/ online (E-learning).  Harapan dimasukkan konten COVID-19 ini bertujuan untuk meningkatkan literasi sains dan sekaligus mengenalkan dan memahamkan peserta didik tentang COVID-19, sehingga pembelajaran selama wabah COVID-19 ini menjadi lebih bermakna.

Bagi siswa MA Negeri 2 Grobogan yang mempunyai kendala dalam mengakses pembelajaran daring, tetap diberi kesempatan untuk mengikuti pembelajaran di sekolah (luring). Pembelajaran di sekolah tetap mengikuti protokol kesehatan yang telah di instruksikan pemerintah. Sampai saat ini jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran daring/online mencapai 90% dari 309 peserta didik, dan 10% siswa mengikuti pembelajaran luring disekolah.  Kendala yang dihadapi siswa yang tidak mengikuti pembelajaran daring, sebagian besar terkait masalah jaringan internet yang tidak bisa di akses di desanya, selain itu juga ketersediaan fasilitas HP/ gadget yang tidak kompatibel dengan aplikasi E-learning/ daring.


E-learning madrasah dari Kementerian Agama dan dikembangkan oleh MA Negeri 2 Grobogan, juga memperhitungkan aspek penghematan beban kuota internet, sehingga tidak memberatkan peserta didik. Beban kuota internet setiap 2 jam untuk mengkases pembelajaran E-learning maupun PAT (Penilaian AKhir Tahun) MA Negeri 2 Grobogan hanya memerlukan 215 Kb untuk laptop/komputer, dan jika menggunakaan HP android bisa lebih kecil lagi (Tim Kurikulum MAN 2).  (Tim Kurikulum MA Negeri 2 Grobogan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulis Komentar Pertanyaan Untuk Postingan Ini