Deep Learning Dan Pedagogi Baru Pada Dunia Pendidikan
Terdapat dua sudut pandang yang sangat berbeda dalam mengenal dan memahami apa itu “Deep Learning“. yaitu Deep Learning dalam konteks “machine learning” (mesin pembelajaran), dan Deep Learning dalam konteks pendidikan. Deep learning pada machine learning, terinspirasi oleh struktur dan fungsi otak manusia, khususnya jaringan saraf. Dalam deep learning, algoritma kompleks yang disebut jaringan saraf tiruan (artificial neural networks) digunakan untuk menganalisis data dalam jumlah besar dan menemukan pola yang sangat kompleks. Pada prinsipnya Deep learning dalam konteks “machine learning” adalah pengembangan dari AI (Artificial Intellegence).
Deep learning dalam konteks pendidikan merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan pemahaman mendalam terhadap suatu materi. Berbeda dengan pembelajaran konvensional yang lebih fokus pada menghafal fakta, deep learning mendorong siswa untuk:
- Menghubungkan konsep: Memahami bagaimana berbagai konsep saling terkait dan membentuk suatu pemahaman yang utuh;
- Berpikir kritis: Menganalisis informasi, mengevaluasi argumen, dan menarik kesimpulan yang logis;
- Memecahkan masalah: Menerapkan pengetahuan dan keterampilan untuk mengatasi tantangan yang kompleks;
- Menciptakan sesuatu: Mengaplikasikan pemahaman untuk menghasilkan karya atau ide-ide baru.
Pendekatan pembelajaran Deep Learning sangat penting dan relevan untuk kebutuhan pendidikan saat ini. Pertama, Pemahaman yang lebih bermakna: Siswa tidak hanya mengingat fakta, tetapi juga memahami mengapa fakta tersebut penting dan bagaimana ia dapat diterapkan. Kedua, Keterampilan berpikir tingkat tinggi: Deep learning mengembangkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan kreatif yang sangat dibutuhkan di dunia yang terus berubah. Ketiga, Motivasi belajar yang lebih tinggi: Ketika siswa merasa bahwa mereka benar-benar memahami suatu materi, mereka akan lebih termotivasi untuk terus belajar. Ke-empat, Proyek berbasis masalah: Siswa diberikan masalah nyata untuk dipecahkan. Mereka harus mencari informasi, menganalisis data, dan bekerja sama untuk menemukan solusi. Kelima, Diskusi kelas: Guru menciptakan lingkungan yang aman bagi siswa untuk berbagi ide, mengajukan pertanyaan, dan menantang pemikiran satu sama lain. Ke-enam. Pembelajaran berbasis penyelidikan: Siswa secara aktif terlibat dalam proses penemuan pengetahuan melalui eksperimen, observasi, dan analisis data.
Deep Learning pada intinya adalah implementasi pendekatan pembelajaran dengan memiliki 6 goal kompetensi yang disebut sebagai 6 C, yaitu :
- Character Education (Pendidikan Karater). Karakter mengacu pada kualitas individu untuk menjadi pribadi yang efektif di dunia yang kompleks termasuk: keberanian, keuletan, ketekunan, ketahanan, keandalan, dan kejujuran. Karakter peserta didik ini dapat kuatkan melalui pembiasaan yang positif berdasarkan nilai-nilai agama, atau norma-norma yang lain.
- Citizenship (Kewarganegaraan). Berpikir seperti warga dunia, mempertimbangkan isu-isu global berdasarkan pemahaman mendalam tentang berbagai nilai dengan minat tulus untuk bekerja sama dengan orang lain guna memecahkan berbagai masalah rumit yang berdampak pada keberlanjutan manusia dan lingkungan.
- Collaboration (Kolaborasi). Kolaborasi mengacu pada kapasitas untuk bekerja secara saling bergantung dan bersinergi dalam tim dengan keterampilan interpersonal dan terkait tim yang kuat termasuk manajemen dinamika tim yang efektif, membuat keputusan substantif bersama-sama, dan belajar dari dan berkontribusi pada pembelajaran orang lain.
- Communication (Komunikasi). Komunikasi memerlukan penguasaan tiga kefasihan: digital, menulis, dan berbicara yang disesuaikan untuk berbagai audiens.
- Creativity (Kreativitas). Memiliki ‘mata kewirausahaan’ untuk peluang ekonomi dan sosial, mengajukan pertanyaan yang tepat untuk menghasilkan ide-ide baru, dan menunjukkan kepemimpinan untuk mewujudkan ide-ide tersebut dalam praktik.
- Critical Thinking (Berpikir Kritis). Mengevaluasi informasi dan argumen secara kritis, melihat pola dan hubungan, membangun pengetahuan yang bermakna dan menerapkannya di dunia nyata.
Bagaimana Implementasi Deep Learning dalam pembelajaran?.
- Merancang pertanyaan yang menantang: Ajukan pertanyaan yang mendorong siswa untuk berpikir lebih dalam dan menghubungkan konsep.
- Menggunakan berbagai sumber belajar: Variasikan sumber belajar, seperti buku teks, artikel jurnal, video, dan pengalaman langsung.
- Memberikan umpan balik yang konstruktif: Berikan umpan balik yang spesifik dan membantu siswa memperbaiki kesalahan mereka.
- Menciptakan lingkungan belajar yang kolaboratif: Dorong siswa untuk bekerja sama dalam kelompok dan berbagi ide.
Deep Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran, bukan suatu model pembelajaran. Pendekatan pembelajaran adalah kerangka kerja atau sudut pandang yang digunakan oleh pendidik dalam merancang dan melaksanakan proses belajar-mengajar. Pendekatan ini menjadi landasan bagi pemilihan metode, strategi, dan aktivitas pembelajaran yang akan diterapkan. Karena Deep Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran, maka dapat dibenamkan dalam beberapa model pembelajaran yang mendukung deep learning. Sebagai contoh model pembelajaran PBL (Problem Based Learning), model PBL memiliki 5 sintaks/ langkah pembelajaran, bagaimana implementasi Deep Learning pada PBL?, maka dapat dapat disusun sintaks yang integratif dengan PBL sebagai berikut :
- Orientasi Siswa pada Masalah (Tahap 1). ⚪ Guru memperkenalkan masalah autentik yang relevan dengan mata pelajaran, kontekstual dengan masalah-masalah global yang saat ini dihadapi oleh masyarakat dunia, ⚪ Masalah dirancang untuk memicu rasa ingin tahu, daya kritis dan memotivasi siswa untuk mencari solusi, ⚪ Guru memberikan informasi awal yang diperlukan untuk memahami masalah. Informasi awal melibatkan dari banyak sumber, dan mengaitkan dengan pengetahuan awal siswa.
- Mengorganisasi Siswa untuk Belajar (Tahap 2). ⚪ Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil untuk bekerja sama (kolaborasi) dalam memecahkan masalah, ⚪ Setiap kelompok menentukan peran dan tugas masing-masing anggota, ⚪ Guru memberikan panduan dan dukungan dalam proses pengorganisasian ini, memandu untuk mengambil keputusan substantif bersama-sama dalam kelompoknya.
- Membimbing Penyelidikan Individual dan Kelompok (Tahap 3). ⚪ Siswa melakukan penyelidikan untuk mencari informasi yang relevan dengan masalah, ⚪ Guru berperan sebagai fasilitator, memberikan bimbingan dan menjawab pertanyaan siswa, ⚪ Siswa dapat menggunakan berbagai sumber belajar, seperti buku, artikel, internet, atau ahli. Pada tahap ini, tentunya siswa diberikan kebebasan untuk outing class, atau melalui sarana media virtual untuk berkomunikasi dengan ahli (narsum) terkait dengan penyelidikannya, dengan tetap berada dalam pengawasan guru/ fasilitator.
- Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya (Tahap 4). ⚪ Siswa menganalisis dan mengevaluasi informasi yang diperoleh dan mengembangkan solusi untuk masalah, ⚪ Produk atau hasil karya dapat berupa laporan tertulis, presentasi, atau produk lainnya – bentuk creativity, ⚪ Siswa mempresentasikan hasil karya mereka di depan kelas sekaligus untuk melatih keterampilan dalam berkomunikasi, dan sebagai media dalam berdiskusi untuk saling mengevaluasi dan menganalisis.
- Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah (Tahap 4). ⚪ Siswa bersama-sama guru merefleksikan proses pemecahan masalah yang telah dilakukan, ⚪ Mengevaluasi keefektifan strategi yang digunakan dan hasil yang diperoleh, ⚪ Guru memberikan umpan balik untuk memperbaiki proses pembelajaran dan sekaligus memandu mengambil keputusan substantif bersama-sama.
Main Sources : Deep Learning: Engage the World Change the World. Michael Fullan, Joanne Quinn, Joanne McEachen (2018); MOOC – Problem Based Learning. Mahbub Alwathoni, (2023).
Informasi yang bermanfaat, terimakasih..